Wajah - wajah KL 2006

01 Januari 2009

Hubungan Kualitas Udara Dalam Ruang (PM10) Dengan Kejadian Sick Building Syndrome

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, Desember 2008


Arie Lestari, NPM. 0606061783

Hubungan Kualitas Udara Dalam Ruang (PM10) Dengan Kejadian Sick Building Syndrome Pada Pekerja di PT. BNI, Persero, Tbk, Tahun 2008

xv + 74 halaman, 20 tabel, 4 lampiran


ABSTRAK


Ruangan merupakan suatu tempat untuk manusia beraktifitas. Baik untuk bekerja, tempat tinggal bahkan rekreasi. Manusia banyak menghabiskan sebagian waktunya dalam ruangan dibanding di udara terbuka, jika manusia berada dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang buruk, maka perlu diperhatikan mengenai kualitas udara dalam ruang dan kemungkinan terakumulasinya bahan pencemar seperti Oksida Nitrogen, Karbon Monoksida, Formaldehid, Debu dan lainnya. Bahan pencemar tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Sebuahah studi mengenai bangunan kantor modern di Singapura dilaporkan bahwa 312 responden ditemukan 33% mengalami gejala Sick Building Syndrome (SBS). Keluhan mereka umumnya cepat lelah 45%, hidung mampat 40%, sakit kepala 46%, kulit kemerahan 16%, tenggorokan kering 43%, iritasi mata 37%, lemah 31%.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kualitas udara dalam ruang/ gedung (PM10) dan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruang/ gedung dengan gambaran SBS pada pekerja didalam gedung PT.
BNI, Persero, Tbk. KCU Kramat. Jakarta. Tahun 2008. Dari hasil uji T-test didapat nilai p=0,479 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi debu PM10 dengan kejadian Sick Building Syndrome.


Daftar Pustaka : 29 (1986 – 2008)

0 komentar: